Griyo, 2016
Apa yang salah dari
negeri ini sebenarnya?
Sekian zaman berlalu
memainkan talunan irama
bertengger mahkota dari
satu ke lain kepala
ganti-beralih sekian
Diraja
Harum mewangi semerbak...
aromanya menyerbak ke
atas pijak yang dipijak
bekas singgasana yang makin
renta menua dan retak
Masih kita ciumi harum
guratan asma nubuat Sang Guru
namun semakin berteki tanda
tanya dalam benak. Bertonggol dalam jiwa
negeri ini, bukan makin
ampuh nampaknya
semua akibat kita tak mau
manut
Empu-empu terdahulu titiskan
petak buah samadi dalam kitabnya
harapnya dahulu, biar lalu
diguna, biar makin benar dibuatnya
makin subur tanah yang
diwaris pada anak-cucunya. Kita semua
bukan makin gersang macam
ini yang diinginnya
Semakin senja curak
negeri ini
negeri di atas singgasana
tua penuh caci
di atas tanah
terseret-seret luka
berdarah-darah
di samudera
menepi ombak-ombak penuh derita
di langit dan udara
terdengar lirih
jeritan-jeritan sengsara
bersama api
sulut menyalak membakar
bahagia.
Membawa lara
Kita perlu belajar dengan
benar
bukannya sok menjadi ahli
dan pakar
Jangan-jangan kurang
betul, apa yang kita tangkap dalam lema sejarah?
atau jangan-jangan memang
kita salah?
salah yang teramat kadung
kaprah!
lantas, bagaimana dapat
kita berbuat benar? Membetulkan apa yang salah?
atau kita, salah
menangkap petuah?
jangan-jangan memang kita
terlampau salah kaprah
bagaimana kita dapat
berkiprah?
Apa yang salah dari
negeri ini?
yang pandai semakin bodoh
yang bodoh tak kunjung
jua pandai
yang pandai memperalat si
bodoh
yang bodoh mau saja
diperbudak yang pandai
Guru... o guru...
kupanggil namamu guru...
Apa yang salah dari
negeri ini?
Guru... o guru...
ajari kembali murid
bengalmu ini guru....
pada siapa lagi kami
bertanya terka?
tajam bengal kutanya pada
mereka
Aku bertanya pada ahli
agama
hanya tilawatan kebencian
yang kuterima sebagian darinya
aku bertanya pada para
pemangku istana
hanya tipuan dusta yang
diajari oleh mereka
aku bertanya pada
empu-empu bangku madrasah
hanya papah-gelisah bukan
bijaknya petuah
aku bertanya pada
dewa-dewi jagat bumantara
hanya lengangan bisu yang
dicurah lewat titisan hujan
Apa yang salah dari
negeri ini?
Di jaman kerajaan tumpah
darah akibat pedang dan panah
di jaman Belanda tumpah
darah akibat letupan pistol dan meriam
di jaman Jepang tiada
bedanya, alih-alih ada kemajuan,
darah tertumpah
meruah-ruah tiada berubah.
Saat itu putra pribumi
yang terasah pikirnya,
berduyun-duyun hentikan
tumpahnya darah
Benar saja darah berhenti
tumpahnya, tak lagi aliri kanal,
namun ditudingnya mereka
anak yang dibesarkan penjajah,
darah kembali tertumpah
meruah-limpah.
Saat negeri ini sejagung
usianya
pemangku istana buat
ulah, darah ditumpah dengan serapah.
Dan saat negeri ini makin
matang usianya,
darah kembali tertumpah.
Kita-kita sikut sini
sikut sana
adu mulut adu olok,
yang duduk di atas geta
tahta makin betah tak mau turun,
segala dibuatnya biar
langgeng kuasanya
yang duduk di atas
dingklik-dingklik kayu
saban hari hanya disuapi kaulan
janji
yang banyak duitnya makin
jadi ia pelit
yang tak punya duit makin
tersakit-sakit
Apa yang salah dari
negeri ini?
Siswa sekolah diajari
gurunya di dalam mobil bergoyang.
Kampus-kampus hanya jadi
kandang ternak sarjana,
sepulang dari rantau,
hanya bisa jungkat-jungkit di atas ranjang,
atau sekedar diam tak
bisa apa-apa.
Kita perlu belajar dengan
betul
Bukan menganggap diri
yang paling betul
Kalau kita manut pada petuah
guru,
di depan kita jadi
teladan
di tengah kita jadi
penyulut api gairah untuk berubah
di belakang kita jadi
penyokong dan pendorong.
Ing ngarsa sung tuladha
Ing madya mangun karsa
Tut wuri handayani
0 komentar:
Posting Komentar