Minggu, 24 April 2016

Petuah Guru

Griyo, 2016



Apa yang salah dari negeri ini sebenarnya?
Sekian zaman berlalu memainkan talunan irama
bertengger mahkota dari satu ke lain kepala
ganti-beralih sekian Diraja

Harum mewangi semerbak...
aromanya menyerbak ke atas pijak yang dipijak
bekas singgasana yang makin renta menua dan retak

Masih kita ciumi harum guratan asma nubuat Sang Guru
namun semakin berteki tanda tanya dalam benak. Bertonggol dalam jiwa
negeri ini, bukan makin ampuh nampaknya
semua akibat kita tak mau manut

 Empu-empu terdahulu titiskan petak buah samadi dalam kitabnya
harapnya dahulu, biar lalu diguna, biar makin benar dibuatnya
makin subur tanah yang diwaris pada anak-cucunya. Kita semua
bukan makin gersang macam ini yang diinginnya

Semakin senja curak negeri ini
negeri di atas singgasana tua penuh caci

di atas tanah
terseret-seret luka berdarah-darah

di samudera
menepi ombak-ombak penuh derita

di langit dan udara
terdengar lirih jeritan-jeritan sengsara

bersama api
sulut menyalak membakar bahagia.
Membawa lara

Kita perlu belajar dengan benar
bukannya sok menjadi ahli dan pakar

Jangan-jangan kurang betul, apa yang kita tangkap dalam lema sejarah?
atau jangan-jangan memang kita salah?
salah yang teramat kadung kaprah!
lantas, bagaimana dapat kita berbuat benar? Membetulkan apa yang salah?
atau kita, salah menangkap petuah?
jangan-jangan memang kita terlampau salah kaprah
bagaimana kita dapat berkiprah?

Apa yang salah dari negeri ini?
yang pandai semakin bodoh
yang bodoh tak kunjung jua pandai
yang pandai memperalat si bodoh
yang bodoh mau saja diperbudak yang pandai

Guru... o guru...
kupanggil namamu guru...

Apa yang salah dari negeri ini?

Guru... o guru...
ajari kembali murid bengalmu ini guru....
pada siapa lagi kami bertanya terka?
tajam bengal kutanya pada mereka

Aku bertanya pada ahli agama
hanya tilawatan kebencian yang kuterima sebagian darinya
aku bertanya pada para pemangku istana
hanya tipuan dusta yang diajari oleh mereka
aku bertanya pada empu-empu bangku madrasah
hanya papah-gelisah bukan bijaknya petuah
aku bertanya pada dewa-dewi jagat bumantara
hanya lengangan bisu yang dicurah lewat titisan hujan

Apa yang salah dari negeri ini?

Di jaman kerajaan tumpah darah akibat pedang dan panah
di jaman Belanda tumpah darah  akibat letupan pistol dan meriam
di jaman Jepang tiada bedanya, alih-alih ada kemajuan,
darah tertumpah meruah-ruah tiada berubah.
Saat itu putra pribumi yang terasah pikirnya,
berduyun-duyun hentikan tumpahnya darah
Benar saja darah berhenti tumpahnya, tak lagi aliri kanal,
namun ditudingnya mereka anak yang dibesarkan penjajah,
darah kembali tertumpah meruah-limpah.
Saat negeri ini sejagung usianya
pemangku istana buat ulah, darah  ditumpah dengan serapah.
Dan saat negeri ini makin matang usianya,
darah kembali tertumpah.
Kita-kita sikut sini sikut sana
adu mulut adu olok,
yang duduk di atas geta tahta makin betah tak mau turun,
segala dibuatnya biar langgeng kuasanya
yang duduk di atas dingklik-dingklik kayu
saban hari hanya disuapi kaulan janji
yang banyak duitnya makin jadi ia pelit
yang tak punya duit makin tersakit-sakit

Apa yang salah dari negeri ini?

Siswa sekolah diajari gurunya di dalam mobil bergoyang.
Kampus-kampus hanya jadi kandang ternak sarjana,
sepulang dari rantau, hanya bisa jungkat-jungkit di atas ranjang,
atau sekedar diam tak bisa apa-apa.

Kita perlu belajar dengan betul
Bukan menganggap diri yang paling betul

Kalau kita manut pada petuah guru,
di depan kita jadi teladan
di tengah kita jadi penyulut api gairah untuk berubah
di belakang kita jadi penyokong dan pendorong.

Ing ngarsa sung tuladha
Ing madya mangun karsa
Tut wuri handayani

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.