Minggu, 08 November 2015

Tetes Yang Dinanti

Ustad belakang bui, 2015



Terlalu lama kemarau gerah menerjang
Mengeringlayukan tetumbuhan sawah dan ladang
Melahirkan risau yang semula dianggap gampang
Petani desa mulai resah anak cucunya panas meriang
Menanti subur menafashidupkan tak kunjung datang


Semakin lama luapan panas mengejang
Menggugurjatuhkan bebunga yang sempat rindang
Mencipta kering, hilangkan warna tiada kembang
Para pecinta mulai risau hatinya tak lagi terhinggap kumbang
Menanti asri menebartumbuhkan kasih dan sayang

Telah lama keronta mencipta usang
Mematitanduskan inspirasi yang biasa cemerlang
Mengaduk galau, mengasap menjadi gersang
Penyair tak lagi bersua melantun bait penenang
Menanti kucur membangkitkokohkan jiwa pejuang

Kini titik tetes air akhirnya datang
Menumbuhsuburkan hijau, usir hitam tak lagi petang
Menderas hujan basahi hati, pikiran, setiap tanah dan ruang
Petani, pecinta, penyair melangkah dan berlari riang
Bersama tetes air menebarbahagiakan senyum pelangi berawan rindang

Satu tetes suburkan sawah dan ladang
Dua tetes bunga-bunga mulai mengembang
Tiga tetes hati terhinggap kekumbang
Tetes selanjutnya anak-anak bercanda riang
Tetes yang dinanti akhirnya datang

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.