Rabu, 13 Januari 2016

Kita Masih Hidup di Negeri yang Sama

Dini hari, 2016



Kita masih berdiri di atas tanah yang sama
Tanah yang katanya tanah surga
Tanah yang begitu suburnya
Rakyat yang hidup begitu makmur di atasnya


Saking suburnya tongkat kayu dan batu tak hanya jadi tanaman
Tongkat kayu dan batu menjelma jadi hotel, swalayan, dan berbagai bangunan

Saking makmur rakyatnya kalau siang tak hanya makan nasi
Jangankan hanya siang, sepanjang hari hanya menelan janji

Saking makmur rakyatnya kalau malam tak hanya minum susu
Jangankan hanya malam, sepanjang hari hanya kena tipu, saling tipu-menipu

Dulu penjajah datang cari rempah
Pahlawan gugur demi kata “merdeka”
Sekarang penjajah pulang tinggalkan sampah
Pahlawan lahir demi kata “harta, tahta, dan wanita”

Kita masih di bawah langit yang sama
Langit yang setelah hujan datanglah pelangi
Langit yang habis gelap terbitlah terang. Katanya
Rakyat di bawahnya selalu riang, mereka bernyanyi-nyanyi

Sekarang setelah hujan datanglah banjir
Setelah hujan rumah nenek di lereng gunung ditelan longsor

Sekarang habis gelap tak terang-terang
Habis uang digelapkan terbitlah pom bensin di atas tanah lapang

Saking riang rakyatnya lagu kemiskinan dinyanyikan dengan suka cita
Saking riang rakyatnya hujan air mata membanjiri ibu kota
Saking riang rakyatnya tanah kakek di desa dibeli anggota dewan, lalu dibangun vila di atasnya
Saking riang rakyatnya habis jatuh ketiban tangga,  habis barang butuh ketiban sengsara

Kita masih menghirup udara yang sama
Udara yang katanya segar di bumi khatulistiwa
Udara yang begitu bersihnya
Rakyat senantiasa sehat menghirupnya

Saking segar udaranya bau bacin, bau busuk, bau menyengat di sini dan di sana
Saking bersih udaranya asap pabrik di mana-mana
Saking sehat rakyat yang menghirup udaranya penyakit ISPA menggejala, merajalela
Saking segar, bersih, dan sehatnya kabut pun tercipta dari asap, mengudara

Kita masih meminum air yang sama
Air yang jernihnya tiada tandingannya
Air yang mengalir dari sumber mata air pegunungan mulia
Air yang mengalir dari sungai-sungai panjang bermuara ke samudera
Rakyat yang meminumnya sehat badannya
Rakyat yang mengalirkan ke ladang, subur tanamannya

Lihatlah sekarang ini kawanku, engkau yang di sini dan di sana
Air selalu datang membawa bencana
Di kota-kota banjir menjadi langganan saban tahunnya
Di desa-desa sungai dialiri limbah-limbah orang kota

Setiap musim hujan tiba, rakyat mengungsi karena banjir
Rumahnya tenggelam, anak-anak terkena demam
Setiap musim kemarau tiba, rakyat frustasi tak ada air
Ladang kering tanaman suram, tenggorokan kering tak juga tersiram

Kita masih hidup di negeri yang sama
Negeri bahari yang kaya hasil lautnya
Negeri kepulauan yang asri pulau-pulaunya
Negeri kaya raya yang melimpah-ruah hasil alamnya
Negeri berbudaya yang damai sejahtera rakyatnya
Negeri yang sekarang seperti apa nyatanya?

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.