Dini hari, 2016
Kita masih
berdiri di atas tanah yang sama
Tanah yang
katanya tanah surga
Tanah yang
begitu suburnya
Rakyat yang
hidup begitu makmur di atasnya
Saking suburnya
tongkat kayu dan batu tak hanya jadi tanaman
Tongkat kayu
dan batu menjelma jadi hotel, swalayan, dan berbagai bangunan
Saking makmur
rakyatnya kalau siang tak hanya makan nasi
Jangankan hanya
siang, sepanjang hari hanya menelan janji
Saking makmur
rakyatnya kalau malam tak hanya minum susu
Jangankan hanya
malam, sepanjang hari hanya kena tipu, saling tipu-menipu
Dulu penjajah
datang cari rempah
Pahlawan gugur
demi kata “merdeka”
Sekarang penjajah
pulang tinggalkan sampah
Pahlawan lahir
demi kata “harta, tahta, dan wanita”
Kita masih di
bawah langit yang sama
Langit yang
setelah hujan datanglah pelangi
Langit yang
habis gelap terbitlah terang. Katanya
Rakyat
di bawahnya selalu riang, mereka bernyanyi-nyanyi
Sekarang setelah
hujan datanglah banjir
Setelah hujan
rumah nenek di lereng gunung ditelan longsor
Sekarang habis
gelap tak terang-terang
Habis uang
digelapkan terbitlah pom bensin di atas tanah lapang
Saking riang
rakyatnya lagu kemiskinan dinyanyikan dengan suka cita
Saking riang
rakyatnya hujan air mata membanjiri ibu kota
Saking riang
rakyatnya tanah kakek di desa dibeli anggota dewan, lalu dibangun vila di
atasnya
Saking riang
rakyatnya habis jatuh ketiban tangga,
habis barang butuh ketiban sengsara
Kita masih
menghirup udara yang sama
Udara yang
katanya segar di bumi khatulistiwa
Udara yang
begitu bersihnya
Rakyat
senantiasa sehat menghirupnya
Saking segar
udaranya bau bacin, bau busuk, bau menyengat di sini dan di sana
Saking bersih
udaranya asap pabrik di mana-mana
Saking sehat
rakyat yang menghirup udaranya penyakit ISPA menggejala, merajalela
Saking segar,
bersih, dan sehatnya kabut pun tercipta dari asap, mengudara
Kita masih
meminum air yang sama
Air yang
jernihnya tiada tandingannya
Air yang
mengalir dari sumber mata air pegunungan mulia
Air yang
mengalir dari sungai-sungai panjang bermuara ke samudera
Rakyat yang
meminumnya sehat badannya
Rakyat yang
mengalirkan ke ladang, subur tanamannya
Lihatlah sekarang
ini kawanku, engkau yang di sini dan di sana
Air selalu datang
membawa bencana
Di kota-kota
banjir menjadi langganan saban tahunnya
Di desa-desa
sungai dialiri limbah-limbah orang kota
Setiap musim
hujan tiba, rakyat mengungsi karena banjir
Rumahnya tenggelam,
anak-anak terkena demam
Setiap musim
kemarau tiba, rakyat frustasi tak ada air
Ladang kering
tanaman suram, tenggorokan kering tak juga tersiram
Kita masih
hidup di negeri yang sama
Negeri bahari
yang kaya hasil lautnya
Negeri kepulauan
yang asri pulau-pulaunya
Negeri kaya
raya yang melimpah-ruah hasil alamnya
Negeri
berbudaya yang damai sejahtera rakyatnya
Negeri yang
sekarang seperti apa nyatanya?
0 komentar:
Posting Komentar