Sabtu, 09 Januari 2016

Lekaki Tua yang Tergopoh

Kota Baru, 2016



Lelaki tua itu,
langkahnya makin tergopoh
Lurus tak lurus
Kadang simpang kiri
Kadang simpang kanan
Beruntung ia, di belakangnya orang pada mengerti
Kakinya menyeret luka dunia
Tangannya menuntun duka derita.

Lelaki tua itu,
tak pernah lepas dari perolok
Lapar adalah makannya
Kering dan haus adalah minumnya
Sedang keringat dan tak jarang darah,
jelas adalah kawannya.

Walau tak mau ia tak ingin, sama sekali tak ingin
Kebahagiaan justru selalu melawannya
Menderanya dengan palu pemukul pilu
Ia terpecut, ia selalu dipecut
Bahagia yang dimau selalu melawan
Menghadirkan kesakitsengsaraan yang tak kunjung padam baranya
Sepanjang jalan yang dilalu
Seluas harapan yang dirindu
Setumpah meruah keringat dan darahnya.

Lelaki tua itu,
tergopoh-gopoh ia sempoyongan
Mabuk meminum keringat sengsara
Hingga siang tak lagi siang,
sore tak lagi petang,
malam pun kian larut menjelang
Anak istri di rumah menanti dirinya tak kunjung pulang
Membawa pangan membawa uang
Agar ada kepastian, bagaimana esok kan menjelang.

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.