Jumat, 13 November 2015

Si Gondrong Telah Mati

Cerpen Irfan Anas



Byuuuurrr....

“Bangun kau gembel! Pergi dari tokoku! Cepat!!!” Teriak Pak Tua pemilik toko emas sambil menyiramkan seember air pada seorang lelaki yang terlihat seperti orang gila, sedang tidur melingkar di depan tokonya.

Sontak lelaki itu terperanjat kaget, lalu segera bangun dan duduk menggigil di tempat yang digunakan tidur semula. Seluruh tubuhnya basah kuyup, lelaki itu terlihat menggigil kedinginan. Mata lelaki itu menatap melas pada Pak Tua yang berdiri di hadapannya.

Karena belum juga pergi, Pak Tua menendang kaki lelaki itu berkali-kali sambil terus mengumpatinya.

“Kenapa belum juga pergi, pergi sana! Jangan buat tokoku jadi pesing gara-gara kamu tidur di sini!”

Lelaki itu hanya terdiam sambil terus menggigil dan menatap Pak Tua.

“Dasar gembel, cepat pergi! Atau aku keluarkan anjingku untuk mengusirmu!” Lanjut Pak Tua.

Mata Pak Tua menatap tajam pada lelaki itu. Tangannya masih memegang ember, hendak melemparnya pada lelaki itu. Dengan lemas dan tubuh yang terus menggigil, lelaki itu berdiri dan segera pergi dari hadapan Pak Tua.

Si Gondrong, orang menyebutnya. Adalah lelaki cungkring dengan pakaian jembel kumuh dan kotor, lebih kumuh dari serbet yang lama terkubur di dasar tempat sampah. Rambutnya gondrong dan gimbal tak pernah terurus. Seluruh badannya kurus kering, hitam dan kusam karena tak pernah mandi. Ia lebih terlihat seperti pengemis, seperti orang gila.

Setelah diusir Pak Tua, Si Gondrong pergi entah ke mana.

**

Malamnya, Si Gondrong kembali ke toko emas milik Pak Tua yang telah tutup. Si Gondrong terlihat lemas, entah ke mana ia pergi seharian ini.

Malam telah semakin sunyi dan gelap. Di dekat toko emas milik Pak Tua ada segerombolan pemuda berjalan sempoyongan memegang botol arak di tangan mereka. Gerombolan pemuda itu berteriak dan terbahak tak jelas, mereka berniat duduk berkumpul di depan toko emas milik Pak Tua.  Melanjutkan pesta, menenggak arak menghabiskan malam.

Si Gondrong telah tertidur melingkar di depan toko emas milik Pak Tua, tepat di depan pintu toko, ia tak tahu kalau di sekitarnya sedang ada sebuah pesta arak. Begitu pula segerombolan pemuda itu, mereka tak tahu kalau di dekat mereka ada seorang lelaki tengah pulas dalam tidur dinginnya. Karena gerombolan pemuda itu terbahak semakin tak terkendali, Si Gondrong mulai terusik. Ia bangun, duduk dan melihat ke sekitarnya. Samar-samar Si Gondrong melihat gerombolan pemuda itu dalam gelap. Bau arak terlalu menyengat hidungnya. Si Gondrong bangun, merangkak ke arah gerombolan pemuda yang sedang asik menenggak arak itu.

“Hai, siapa kau? Genderuwo tak diundang, mau ikut minum kau? Hahahaha!” Bahak salah seorang dari gerombolan pemuda itu.

Dalam samar dan gelap, semua pemuda itu menoleh, penasaran pada siapa temannya berkata. Yang terlihat dari pandangan mereka hanya seorang lelaki berambut gondrong, kurus, sedang merangkak ke arah mereka.

“Setan, mau minta kacang kau?” Teriak seorang pemuda lain pada Si Gondrong, sambil melemparkan beberapa kulit kacang yang mengenai wajah Si Gondrong.

Si Gondrong pun berdiri dari rangkakannya, berjalan dan menyahut satu botol arak yang ada di tengah gerombolan pemuda itu. Botol itu ditodongkan oleh Si Gondrong pada gerombolan pemuda itu. Mereka berdiri sempoyongan loyo karena terlalu mabuk.

“Genderuwo, mau apa kau!” Teriak pemuda pertama yang memergoki Si Gondrong.

Tanpa berkata, Si Gondrong mengayun-ayunkan botol yang dipegangnya, hendak menghantamkan botol itu pada salah seorang pemuda yang ada.

“Halah setan ganggu pesta kami saja kau!”

Gerombolan pemuda itu semakin mundur karena ayunan tangan Si Gondrong semakin tak terkendali. Si Gondrong hanya berteriak tak jelas sambil terus mengayun-ayunkan botol yang dipegangnya. Karena terlalu lemas dan mabuk, gerombolan pemuda itu segera pergi, tanpa melawan Si Gondrong.

Setelah gerombolan pemuda mabuk itu pergi, Si Gondrong kembali melingkar di depan toko emas milik Pak Tua. Si Gondrong kembali terlelap dalam dinginnya malam.

Pagi harinya, Pak Tua kembali membuka tokonya. Pertama yang dilihat Pak Tua adalah Si Gondrong yang masih tidur di depan pintu tokonya. Lalu Pak Tua melihat ke sekitar, dilihatnya kulit-kulit kacang dan beberapa botol berserakan di depan tokonya. Lantas Pak Tua mengambil sapu dan memukulkannya pada kaki Si Gondrong.

“Kau lagi gembel! Pasti kau yang mengotori depan tokoku! Bangun!!! Pergi kau gembel!”

Si Gondrong yang kesakitan akibat pukulan Pak Tua pun terbangun dan mengelus-elus kakinya. Si Gondrong pun pergi dari toko emas Pak Tua. Entah ke mana lagi ia pergi.

**

Gelap kembali menyelimuti malam, Pak Tua telah menutup toko emasnya.

Saat malam semakin gelap dan dingin, Si Gondrong kembali berjalalan  ke toko emas milik Pak Tua. Setelah dekat dengan toko Pak Tua, Si Gondrong melihat ada seorang pemuda sedang berdiri kencing di depan pintu toko emas milik Pak Tua. Si Gondrong pun berlari terpincang-pincang ke arah pemuda itu. Kakinya masih sakit akibat pukulan Pak Tua.

Si Pemuda yang tahu Si Gondrong sedang berlari ke arahnya pun segera berlari, teman-temannya telah menunggu di seberang jalan. Ternyata mereka adalah gerombolan pemuda yang malam sebelumnya mabuk di depan toko emas milik Pak Tua.

Air kencing telah membasahi bagian bawah pintu dan sebagian ubin depan toko emas milik Pak Tua. Lalu Si Gondrong mengambil sebuah ember kecil yang kebetulan ada di gang samping toko emas milik Pak Tua. Ia mengisi ember itu dengan air yang ia ambil dari parit di sekitar toko emas milik Pak Tua. Kemudian menyiramkan air itu ke bekas kencing di depan toko emas Pak Tua.

Paginya, Pak Tua kembali membuka toko emasnya. Ia mencium bau pesing yang menyengat di depan tokonya. Pasti ulah si gembel itu lagi, tebaknya. Pak Tua melihat ternyata Si Gondrong sedang duduk tertidur di sebelah tokonya. Pak Tua segera mengambil ember yang telah terisi air lalu menyiramkannya pada Si Gondrong.



“Nih rasakan, pasti kau kan yang sengaja kencing di depan tokoku! Sekali lagi aku lihat kau ada di sekitar tokoku, mampus kau gembel!” Teriak Pak Tua pada Si Gondrong yang terbangun akibat siraman airnya.

“Pergi!! Awas kau kembali lagi ke sini!

Si Gondrong kembali pergi, entah kemana.

**

Malam itu turun hujan lebat.

Si Gondrong telah bersimpuh kedinginan di kolong sebuah meja yang ada di depan toko kelontong di samping toko emas milik Pak Tua.

Dalam derasnya hujan dan gelapnya malam, berjalan dua lelaki ke arah toko emas milik Pak Tua. Dua lelaki itu bertubuh kekar dan mengenakan topeng. Satu di antara kedua lekaki itu memegang palu dan sebuah linggis kecil. Mata kedua lelaki itu awas memeriksa ke sekitar mereka. Kedua lelaki itu pun berdiri tepat di depan pintu toko emas milik Pak Tua. Mereka berniat akan merampok toko emas milik Pak Tua.

Si Gondrong yang masih terbangun karena kedinginan mengetahui gerak-gerik kedua lelaki yang terlihat sedang sibuk mencongkel pintu toko emas milik Pak Tua. Si Gondrong segera menghampiri kedua lelaki itu sebelum mereka berhasil melancarkan aksinya.

“Hua...huaaaa..” Teriak Si Gondrong tak jelas.

Kedua lelaki itu mengetahui aksinya telah diketahui Si Gondrong.

Si Gondrong masih berteriak-teriak tak jelas, kakinya kuda-kuda dan kedua tangannya menggenggam ke arah kedua lelaki itu.

Salah satu dari lelaki itu pun melangkah menghampiri Si Gondrong. Si Gondrong berjalan mundur didesak lelaki di depannya. Si Gondrong terlibat duel dengan lelaki itu. Satu dari kedua lelaki itu masih sibuk mencongkel pintu toko emas milik Pak Tua.

“Rasakan pukulanku ini dasar gembel pengemis!” Lelaki itu menghantam kencang wajah Si Gondrong.

Si Gondrong terjatuh, dengan susah ia pun kembali berdiri.

“Minta lagi kau!” Lelaki itu mengambil ancang-ancang untuk memberi pukulan kencang pada Si Gondrong.

Si Gondrong berjalan maju dengan terus berteriak-teriak tak jelas, Ia mendorong lelaki itu. Lelaki itu berjalan mundur dibuatnya. Tak mau kalah, lelaki itu mengambil sebuah pisau kecil dari saku jaket kulitnya.

“Sini terus maju kalau ingin kutusuk dengan pisau ini!” Teriak lelaki itu  sambil menodongkan pisau pada Si Gondrong.

Lelaki itu memutar situasi, kini Si Gondrong dibuatnya berjalan mundur tak melawan. Lelaki itu terus berjalan maju mendesak Si Gondrong. Si Gondrong mengambil napas dalam-dalam lalu memberanikan diri untuk berjalan maju ke arah lelaki itu.

“Cepat urus orang gila itu!” Teriak lelaki satunya yang belum juga berhasil mencongkel pintu toko emas milik Pak Tua. Lelaki itu pun berdiri, membantu kawannya yang sibuk bergulat dengan Si Gondrong.

“Kelamaan, sini pisaumu!” Lelaki itu menyahut pisau dari tangan kawannya.

Si Gondrong semakin terpojok dihadang dua lelaki bertopeng di depannya. Si Gondrong semakin tak berkutik. Segera lelaki yang memegang pisau itu menikam perut Si Gondrong. Mereka segera berlari kabur.

Si Gondrong tersungkur bersimbah darah. Ia menggelinjang kesakitan hingga akhirnya maut menjemputnya.

**

Pagi harinya, Pak Tua dikagetkan dengan tubuh Si Gondrong yang tergeletak bersimbah darah di depan tokonya. Pak Tua segera menghubungi polisi, hingga akhirnya polisi datang, mengurus mayat Si Gondrong, dan menyelidiki apa yang sebenarnya terjadi pada Si Gondrong.

Pak Tua pun  penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi di depan tokonya semalam, ia memeriksa rekaman cctv yang ia pasang di depan toko emasnya. Ketika melihat rekaman cctv itu, Pak Tua kaget bukan kepalang dengan apa yang telah dilakukan Si Gondrong semalam yang menyelamatkan toko emasnya dari aksi perampokan, hingga akhirnya Si Gondrong terlibat pertarungan dengan dua perampok itu sampai mereka berhasil menikam perut Si Gondrong.  Pak Tua juga dikagetkan dengan apa yang dilakukan Si Gondrong tiap malam di depan toko emasnya. Selama ini, Si Gondronglah yang menjaga toko emas miliknya setiap malam. Air mata keluar dari kedua mata Pak Tua, ia menangis penuh sesal atas perlakuannya pada Si Gondrong setiap pagi.

Kini, Si Gondrong telah mati.

SELESAI
Yogyakarta, 12 November 2015

2 komentar:

Anonim mengatakan...

Kalau di video, pak tua tdk menemukan mayat si gondrong sepertinya

Unknown mengatakan...

ya ini sengaja saya buat sedikit berbeda bung, supaya tidak terlalu menggantung ceritanya hehe,, terimakasih komentarnya ^_^

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.