Menanti jodoh,
2015
Janji Ilahi
pasti ‘kan ditepati
sebagaimana
diciptanya Hawa
untuk Adam yang
sepi menyendiri
Apabila waktu
yang terus bergulir
tak kunjung bawa
satu rusuk yang dijanji
maka bersama
gulirnya waktu
aku setia
menanti,
menantimu duhai
janji untukku
Layaknya sungai
yang airnya terus mengalir
menuju pantai
yang dijadikannya sebagai hilir
tempat
bermuaranya air
Aku pun mencari
dan menanti
dengan caraku
aku berjalan berusaha
membawa hati
capai muara
muara hatiku
entah engkau atau siapa
Sebagaimana
diciptanya mentari
temani hari
agar tak silam
atau rembulan
untuk sang malam
Khadijah untuk
Sang Nabi
juga Fatimah
untuk si tampan Ali
maka pastilah
ada hati yang kan bermuara
pada hatiku
agar tak tandus
untuk hidupku
agar tak gulita
Kemana?
Kemanakah
hatiku ‘kan bermuara?
Siapa?
Siapakah hatiku
‘kan bertambat?
Bersama pagi
hingga senja dengan setia mentarinya
malam dengan
damai cahya rembulannya
aku menanti,
menanti muara
hati
aku berjalan,
berjalan tuju
muara hati
0 komentar:
Posting Komentar