Di bawah pijar
sorot kerinduan, 2015
Jangan kau
sangka rindu hanyalah kodratmu
karena engkau
adalah wanita, engkaulah Putri
jikalau rindu
yang sesak kadang nikmat
hanyalah racun
atau madu untuk wanita, lalu
mengapa aku
se-wanita ini saat rindu menghantam?
Hingga aku
terkapar olehnya
oleh hunusnya
pada relung dan benak.
Mengapa?
Aku sebagai
lelaki yang masyhur gagah perkasa
jadi kejang
melemah saat rindu menyerang?
Aku pahlawan
penakhluk rintangan
jadi sepengecut
ini saat rindu menghalau?
Berdiri pun aku
tak mampu.
Bila puncak
kerinduan ini
adalah kemesraan
dengan belai kasihmu
maka biarkanlah
aku dengan susah dan berat
biarkan aku
terus mendaki kerinduanku
hingga aku
menggapai puncak kerinduanmu.
Bila kerinduan
ini berujung pada jurang
jurang dengan
tiap jengkalnya adalah pelukmu
maka biarkanlah
aku terperosok terjungkal
biarkanlah aku
terseret dalam tiap pelukmu
hingga aku
tertidur, pulas dengan dekapmu
Rindu....
Apabila
kerinduan ini sangatlah luas
seluas samudera
dengan engkau sebagai ombak
maka biarkanlah
aku dan terus,
terjanglah aku
oleh ganas ombakmu
hingga aku
terhanyut dalam gulunganmu
hingga aku
merasa, betapa hangat merindukanmu
Rindu....
0 komentar:
Posting Komentar