Suatu malam, 2015
Bukankah
Fir’aun, yang congkak mengaku dirinya Tuhan
Memaksa
disembah, pada jalma-jalma yang mengemis adil
Meminta
sejahtera pada si tuan
Namun apa kata
tuan, “Sembah aku dahulu!”
Karena
congkaknya, ia ditenggelamkan
Dihanyut pada
kejamnya lautan, dicabik congkaknya sendiri.
Qarun, yang
hartanya membentang sejagat
Congkak di atas
kemelaratan sekitarnya
Tak mau
berbagi, tak mau peduli
Hingga
congkaknya sendiri, menguburkannya ke dasar bumi.
Sejarah masih
kuat membesit dalam sempit kepala
Saat Abrahah
yang congkak di muka bumi
Mengirim
kehancurannya sendiri
Dihujan batu,
dihujan api
Ia terkapar, ia
terbakar
Oleh ababil
dari angkara congkaknya.
Aku selalu benci pada congkak
Seperti Tuhanku
yang selalu membencinya. Iblis
Si diraja
congkak tak mau tunduk, ia tak pernah mau takhluk
Atas perintah
Tuhannya, hingga akhirnya laknat
Dibaiat sebagai
penghuni sejati panasnya jahanam.
Namun sekian
dipercontohkan, agar kehidupan selanjutnya
Belajar atas
sebelumnya congkak
Yang
ditenggelamkan, yang dikuburkan, yang dihancurkan
Niscaya
berakhir dalam dasar jahanam yang melahap.
Apakah congkak
enggan beringsut?
Hingga
kehancuran istana bumi menjelang, kiamat.
0 komentar:
Posting Komentar