Rabu, 21 September 2016

Kutukan pada Kantuk

Ruang tepekur, 2016



Gelap malam dengan buaian suluk
Semilir angin yang campah mencerai sejuk
Dan anjing yang makin keras mendengking buruk
Sengaja menanti balasan jago-jago berkukuk

Selasa, 20 September 2016

Terbanglah

Untuk kau yang mulai matang, 2016



Esok kau akan berdiri di teras pembuktian
Selangkah menuju pintu semesta pengabdian
Lebih-kurang seperempat hidupmu kau tersedan
Suka-duka - ceria-nestapa menggumul berkelindan

Jumat, 02 September 2016

K4

(Kenapa Kau Kerap Kunjungi)
Singgasana rindu, 2016



barangkali mimpi atau ilusi
acap kali datang menghantui
bulu kuduk jadi berdiri
menusuk kulit ari
membelahak hati 

Kamis, 01 September 2016

Air Mata Pak Kyai

Gubuk perjuangan, 2016



Saat berkunjung ke rumah Pak Kyai
Semburat luka turun membasahi pipi sepuhnya
Banyak luka hati yang Pak Kyai lihat, dengar, dan rasai
Beberapa anak santrinya tumbuh besar menjauhi agamanya
Apa salah dan dosa Pak Kyai yang tawadhu’ dan besar hati ini?
Hingga mereka dengan mudah menjual iman demi sebongkah dunia

Ratapan Anak Negeri

Griyo, 2016



Wahai Robbi kami meratap bergobar hati
Tanah air kami tak lagi tanah yang Kau ridhai
Semakin bertambah hari semakin bertambah ngeri
Tanah lahir kami tak lagi tanah yang Kau berkahi
Semakin bertambah usia kami semakin bertambah derita kami
Tumpah darah kami tumpah ruah cidera kami
Semakin berkurang umur kami semakin berkurang senyum kami

Negeri di Atas Piring

Griyo, 2016



dikisahkan ada sebuah negeri
negeri di atas piring
di atas piring semua-mua telah tersaji
bila makan hilang pusingnya atau tambah makin pusing

Sabtu, 27 Agustus 2016

Taman Mimpi

Untuk yang Jauh, 2016



Tuhan betapa Kau Maha Mengerti. Lemah hamba-Mu rindu mendera. Aku yang telah mengikat dewi. Dan dia yang telah diikat dewa.

Mimpi semalam menjadi saksi. Dipisah samudera kami berjumpa. Kugandeng mesra lembut jemari. Lembut dan lembut ia bisik nuansa rindu pada telinga.

Awan

Kampung Halaman, 2016



Betapa kau pantas untuk dirindu
Adamu tak pernah undang gerutu cemburu
Tiadamu ganjilkan langit biru
Hadirmu leburkan rintihan kalbu
Memulai hari baru
Lalu, pergi tak pernah tak perlahanmu selalu tinggalkan rindu

Sabtu, 16 Juli 2016

Cahaya Akan Berganti Tak Akan Berhenti

Kampung halaman, 10 Juli 2016



Bulan sabit terpancang di atas langit
Menggantikan mentari di usia senja tanpa berat hati
Sinarnya menerpa bangunan hampa
Membias kedamaian yang selaras ketenangan
Lekak-lekuk kebisuan menengadah kepada rindu dan harapan

Selayang Pandang

3 Syawal 1437H



Syawal ini kita bertemu
Berjarak bertaut waktu lama tiada berjumpa denganmu
Gamis bersulam mawar kerudung abu-abu
Oh ayu serasi dengan senyummu
Selayang pandang memantik rindu
Inginnya hati memandangmu selalu
Melepas rindu melepas letihnya kalbu
Bukan alasan durjana tiada lepas memandangmu
Memandangmu getarkan nurani teteskan air mata rindu
Sepintas palingmu menambah getarnya kalbu

Kepada Kalian

3 Syawal 1437H



Kepada bumi
kepada bumi yang tiap saatnya kami
bercocok tanam kerusakan di atasnya. Kepada bumi
yang tiap saatnya kami menebar benih kebencian, benih caci-maki
kepada bumi
yang tiap saatnya kami menyiram air-air keji
kepada bumi
seribu ampun tak mampu kami memanen kegempaan ngeri

Subuh Akhir Ramadhan Ini

(Ruang adu, Selasa 30 Ramadhan 1437H / 5 Juli 2016M)



Dari balik bilik ruang aduku
Kudengar sayup-sayup beduk ditabuh bertalu-talu
Sejenjang kemudian melengking adzan yang murung tersedu
Angin berembus tak malu-malu
Dedaunan meluluhkan embun tersapu-sapu
Cericau kenari kerukuk ayam mengantarkanku
Meraih zakiyah meraih wudhu
Membilas legaman tangan jemariku
Mengkumuri raung deraman lisanku
Membasuh tiap topengan mukaku
Jijik aku jijik menatap cerminan rupaku
Guyur tiap jengkal diriku
Lenyap hitamku luntur noda dustaku

Senin, 30 Mei 2016

Selema Rindu

Suatu pagi saat rindu, 2016



jangan rindu
tetap ‘ku rindu

tidak rindu
aku pun rindu

di kala rindu
berdebar kalbu 

Sabtu, 14 Mei 2016

Rindu

Sebuah romansa tentang rindu

Jangan kira rindu hanyalah pekerjaan seorang wanita. Rindu, bahkan kerap menggelayuti pikiran, menggantungi jiwa setiap lelaki. Seperti yang aku rasakan saat ini.

Jumat, 13 Mei 2016

Petarung Senja

Sebuah kisah perjuangan hidup Si Petarung Renta.




Peluhnya deras mengucur dari sela-sela uban tipis di kepalanya, mengalir menyeruap dari keningnya yang mengkilap terkena terpaan terik matahari. Terus mengalir membasahi badan dan sekujur tubuhnya. Untuk ukuran lelaki setua itu, kedua tangan dan tubuhnya masih begitu kuat mendorong gerobak kayu yang penuh dengan barang dagangan. Bahkan saking sering dan jauhnya ia berjalan mendorong gerobaknya yang cukup  berat itu,  otot-otot kakinya pun seperti akan mencuat keluar menembus kulit tuanya yang tak pernah kering dari keringat. Tak pernah bersih dari adukan debu dan keringat.

Selasa, 26 April 2016

Sarkem Satu Malam

Sebuah Cerpen



Sebagaimana umumnya aktivis mahasiswa, akhir-akhir ini hasratku sedang puncak-puncaknya dalam mengkaji wacana-wacana sosialis. Rak buku di kamar asramaku pun penuh sesak dengan buku-buku berbau sosialis – marxisme. Ada beberapa buku karangan Karl Marx, nabinya kaum sosialis. Juga koleksi buku karangan Pramoedya Ananta Toer, baik karya ilmiah maupun karya-karya fiksinya yang memang sarat akan wacana sosialis, pemerjuang kaum kelas bawah. Aku juga mengkoleksi buku-buku tulisan Tan Malaka, hapal betul aku dengan ulasan dalam ‘MADILOG’. Juga buku-buku lain yang  bermuatan ajaran sosialis.

Dulu, awal aku menyandang status sebagai mahasiswa, saat-saat awal aku ikut sebuah organisasi kemahasiswaan eksternal kampus, salah seorang kakak seniorku pernah berkata padaku, “tak ada salahnya kok kita mengkaji wacana-wacana solialis, marxis, bahkan komunis sekalipun. Asal jangan sampai menyentuh tataran iman, tataran aqidah Islamiyah yang telah terpatri dalam lubuk kalbu. Tak masalah. Asal tidak kemudian kita jadikan pedoman keyakinan di atas aqidah. Kita mengkaji dan mempelajari wacana seperti itu untuk kita gunakan sebagai pisau,  sebagai alat. Untuk apa kira-kira alat itu kita pakai?” tanyanya setelah cukup panjang memberikan pengertian padaku.
“Memangnya untuk apa Bang?” Timpalku polos.
“Kita gunakan sebagai alat untuk menganalisis segala problematika sosial di sekitar kita, selanjutnya untuk membebaskan kaum-kaum mustadz’afin, kaum tertindas.”

Minggu, 24 April 2016

Jangan Hapus Ingatan Masa Kecilku

Kamar kenangan, 2016



Ketika aku mengingat masa kecilku,
tersimpul kepaduan senyum pada kedua bibirku.
Ketika aku mengingat masa kecilku,
satu kesimpulan yang bertata adalah kesyahduan,
adalah kerinduan.

Syahdu kurasa tiap mili memoriku,
tangisku di masa kecil adalah tawaku,
tawaku di masa kecil adalah bahagiaku.

Petuah Guru

Griyo, 2016



Apa yang salah dari negeri ini sebenarnya?
Sekian zaman berlalu memainkan talunan irama
bertengger mahkota dari satu ke lain kepala
ganti-beralih sekian Diraja

Harum mewangi semerbak...
aromanya menyerbak ke atas pijak yang dipijak
bekas singgasana yang makin renta menua dan retak

Masih kita ciumi harum guratan asma nubuat Sang Guru
namun semakin berteki tanda tanya dalam benak. Bertonggol dalam jiwa
negeri ini, bukan makin ampuh nampaknya
semua akibat kita tak mau manut

Sabtu, 23 April 2016

Bara Kelana

Griyo, 2016



Kita terlahir sebagai kelana
Ditakdir untuk tak diam
Digaris untuk jalan. Bara mengembara

Rabu, 23 Maret 2016

Tentang Rasa

Saat rindu, 2016



apabila rasa
cinta
kepedulian, dan
rindu
harus diungkap secara tersurat
baik melalui ucap maupun sikap. Lantas
bagaimana denganku yang selalu saja kaku di hadapmu
tak mampu bersikap ideal sebagaimana yang selalu kau idam
bahkan lidahku. Gugup
selalu kelit tak mampu mengucap
rindu?

Kamis, 17 Maret 2016

Mengeja Indonesia

Di antara rakyat miskin kota, 2016



Berabad tahun yang lalu negeri ini dikenal seluruh jagat
Kerajaan berjaya bertata-tata selatan ke utara. Timur ke barat
Prabu Dirajanya adil bersahaja disegani bentangan Nusa
Rakyat rukun berdampingan
Gotong royong adalah nuansa utama
Nusantara terbaca begitu sempurna
Indonesia
Sebuah bangsa di masa depan yang belum tereja pun dapat terbaca begitu gamblangnya

Serimbun Tanyaku

Malam yang tenang, 2016



aku ingin ajukan tanyaku
satu dua tanya. Padamu

widuri rindu
gamblang dan jawablah tanyaku
satu mohonku terhanya untukmu. Padamu

Jumat, 11 Maret 2016

Teras Masjid

Maskam UIN Jogja, 2016



Di teras masjid ini tiap hari saban sore tikar-tikar diskusi digelar
Pemuda-pemudi bersila rapi adu ide duduk melingkar
Semenjak masjid ini pertama berdiri. Puluhan tahun telah berputar
Sudah berapa banyak tak lagi terhitung gagasan terucap keluar
Banyak pemuda lahir dari teras masjid ini akhirnya jadi orang besar
Mengabdi atas janji yang telah terikrar

Gelisah

Mempertanyakan sebab dilahirkannya diri, 2016



aku gelisah
galau kata remaja yang dibuai cinta
dunia. Hanya dunia

Rabu, 24 Februari 2016

Dan Merah Kini Dewasalah Sudah

Sebuah syair untuk IMM di usianya yang ke-52, 2016



Setengah abad punjul dua tahun yang lalu,
kau dilahirkan dari rahim surya nan berkilau cerah.
Darah,
adalah simbol pengorbanan yang sengaja disematkan untukmu.
Dan merah,
adalah lambang perjuangan abadi yang dinobatkan untukmu.

Senin, 18 Januari 2016

Guru Iqra’ Itu Nur Namanya

Cerpen: Irfan Anas


Nur...
Cahaya yang selalu aku rindu
Berpendarlah sepanjang malam dan jangan dulu berlalu
Seperti kumbang kepada kembang di taman merbabu
Begitulah butuhku akanmu
Sentuh cahyamu cerahi sedu gelapku

Rabu, 13 Januari 2016

Kita Masih Hidup di Negeri yang Sama

Dini hari, 2016



Kita masih berdiri di atas tanah yang sama
Tanah yang katanya tanah surga
Tanah yang begitu suburnya
Rakyat yang hidup begitu makmur di atasnya

Selasa, 12 Januari 2016

Sejarah Matahari

Mendiskusikan matahari, 2016



Tak heran dalam mitologi Yunani dikenal Helios
Sang Dewa Matahari penunggang kereta angkasa
Jelmaan dari Sol Invictus juga Apollo sang putra Zeus
Begitulah matahari yang bukan tanpa alasan ia dipuja-puja

Senin, 11 Januari 2016

Petuah Siang

Saat terik di ujung tanduk, Blandongan 2016



Wahai pribadi di ujung harapan
Para penantang rintang
Para pelawan ujian
Mengapa kau gadaikan peluhmu?
Peluh yang sekian lama temani juangmu

Nur

Di tengah gelap sunyinya malam, 2016


Nur adalah Tuhan atas persaksianku bahwa tiada selain-Nya
Nur adalah Rasul yang olehnya tercerah seluruh semesta
Nur adalah mentari yang terlahir di ujung ufuk cakrawala
Nur adalah Ibu yang karena kasih sayangnya membesarkanku sekian adanya
Nur adalah dirimu, kekasih yang atas kasih cintamu hatiku terterangi, ia tak pernah lagi tertutup kabut, ia tak lagi dapat gelap gulita

Sabtu, 09 Januari 2016

Lekaki Tua yang Tergopoh

Kota Baru, 2016



Lelaki tua itu,
langkahnya makin tergopoh
Lurus tak lurus
Kadang simpang kiri
Kadang simpang kanan
Beruntung ia, di belakangnya orang pada mengerti
Kakinya menyeret luka dunia
Tangannya menuntun duka derita.
Diberdayakan oleh Blogger.