Di tengah gegap
canda lelucon hidup, 2015
Di bawah atap
rumbia kering padepokan tua
kanan kiriku
tertata begitu rapi gedek-gedek renta
di depanku para
pria duduk bertatap tawa
sedang aku
sendiri terlalu lelap dalam duka
menatap hari
yang semakin menuntut makna
Mengeja apa,
bagaimana, lalu siapa kurasa kurang pas
berlalu ibu tua
mengharap belas
tak terhirau
oleh canda yang semakin ganas
para pria itu
masih saja sibuk menghirup panas
sedang aku,
menahan jiwa yang ingin terlepas
Terpeluh dalam
temaram...
mulut seringai
menunjuk kelam
seribu tanya
menggores semakin muram
bocah-bocah
menjerit mengundang malam
tak sadar
mereka belum cukup menelan garam
Apakah hidup
hanya bingkaian lelucon?
hingga para
jiwa terlarut dalam guyon
saat semacam
ini dinanti datangnya lakon
anak hari yang
lihai berbagai angon
tak harus ia
putera sang raja yang besar dalam keraton
Lihatlah
sekeliling kota berubah rimba yang pengap
banyak orang
menahan lapar, memimpikan kenyang lama tak hinggap
hanya angin
malam yang dingin temani tidurnya dalam senyap
kamar tak
berdinding, beratap asap
sedang penguasa masih terlena dan terlelap
tak peduli sekelilingnya
bergelut dengan gelap
0 komentar:
Posting Komentar