Selasa, 20 Oktober 2015

Temaram

Di tengah gegap canda lelucon hidup, 2015



Di bawah atap rumbia kering padepokan tua
kanan kiriku tertata begitu rapi gedek-gedek renta
di depanku para pria duduk bertatap tawa
sedang aku sendiri terlalu lelap dalam duka
menatap hari yang semakin menuntut makna


Mengeja apa, bagaimana, lalu siapa kurasa kurang pas
berlalu ibu tua mengharap belas
tak terhirau oleh canda yang semakin ganas
para pria itu masih saja sibuk menghirup panas
sedang aku, menahan jiwa yang ingin terlepas

Terpeluh dalam temaram...
mulut seringai menunjuk kelam
seribu tanya menggores semakin muram
bocah-bocah menjerit mengundang malam
tak sadar mereka belum cukup menelan garam

Apakah hidup hanya bingkaian lelucon?
hingga para jiwa terlarut dalam guyon
saat semacam ini dinanti datangnya lakon
anak hari yang lihai berbagai angon
tak harus ia putera sang raja yang besar dalam keraton

Lihatlah sekeliling kota berubah rimba yang pengap
banyak orang menahan lapar, memimpikan kenyang lama tak hinggap
hanya angin malam yang dingin temani tidurnya dalam senyap
kamar tak berdinding, beratap asap
sedang penguasa masih terlena dan terlelap
tak peduli sekelilingnya bergelut dengan gelap

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.